Selasa, 19 November 2019

mobygames (3)

221b Baker Street

221 B Baker St. DOS Front Cover221 B Baker St. DOS Back Cover

Based on the board game of the same name, 221 B Baker St. pits up to four players against each other in a race to solve mysteries set in Victorian London. After picking a character (Sherlock Holmes, Dr. Watson, Irene Adler, or Inspector Lestrade), players select one of the thirty available mysteries and read its case file in the game's manual. The case file presents the particulars of the case, mentions the people involved, and explains what the players need to deduce to win the game.

Solving the mysteries entails moving around London (the game board) via a roll of the dice, entering locales to collect clues, and then piecing the clues together. Among the fifteen locations available are a pub, a park, and a bank, and each location is brought to life with voice synthesis. Each location will have a clue, but not all clues will be useful.

Before solving the case, players must visit Scotland Yard for a badge. Players might also want to use a badge to lock a location with a useful clue, requiring other players to detour to the locksmith. Once a player believes they have solved the case, they must return to Baker Street and answer a quiz. If the player is incorrect, the other players can continue.

2.400 A.D

 2400 A.D. Apple II Front Cover2400 A.D. Apple II Back Cover

Metropolis was founded in 2213 A.D. by the United Stellar Council as the capital city of the planet XK-120, a mining planet and center of learning throughout the galaxy. That was the past. In 2315 A.D., Metropolis is invaded by the Tzorg. The new conquerer leave the planet but install a Robot Patrol System to keep the locals in check. Now the only resistance against the Tzorg occupation is a small group of resistance fighters of the Underground network. In the year 2400 A.D. the final hope to overthrow Tzorg rule over the city is to infiltrate the Tzorg Authority Complex through a recently discovered secret route, access the terminals, and shut down the robots; that is, if they had a computer specialist.

That's where the protagonist comes in. As part of yet another shipment of miners from other conquered Tzorg lands to replace the 'disappearances' of past workers, the hero has been contacted by the Underground to join their struggle against the Tzorg. The contact leaves instructions: find Spider, contact the Underground, good-bye and good luck.

2400 A.D. is a top-down role-playing game that has similarities to Ultima games, though with simpler gameplay mechanics. The city of Metropolis is divided into five areas: Center, North, South, East, West. All of which are indicated by borders, guarded and patrol by different kinds of robots. Non-player characters also frequent the city. An attempt to communicate with them will open dialog boxes, where the player must type in keywords for further information.

Exploration and transportation may be conducted via three approaches: walking, using the "slidewalk" (automated sidewalk), or by using subway system. The city contains a few merchants where the player may purchase some items. More curious items such as weapons and personal devices, however, are rumored to be sold by the Underground. Throughout the city, there are also power nodes, which allow the player to recharge weapons and other devices. Use of these power nodes are illegal by the Tzorg Authority, prompting a possible robot dispatch to the area, or if any robots are in the immediate vicinity, to attack the character.

The main character has four primary attributes: Energy (equivalent to hit points and strength combined), Dexterity, IQ, and Affinity. During character creation, the player may allocate 99 points among these attributes. These attributes will increase during gameplay when the character performs certain actions. Affinity, for example, may increase when the character talks to NPCs.

Combat initiates when the player character attacks or is attacked by an enemy robot. Before engaging in combat, the hero must first equip a ranged weapon in the inventory (a maximum of eight items) and recharge the weapon. The character cannot attack if no charged weapon is equipped. Combat flows in real time, pausing when the player selects an attack. The protagonist may only shoot in a diagonal or vertical direction, while robots have the advantage to attack in all nine directions. If the character is hit, all attributes will be decreased. The attributes will return to their original scores over time. If the protagonist succeeds in defeating a robot, he may search the remains and obtain money. Defeat will result in imprisonment and confiscation of items at the Rehabilitation Center, where the protagonist must also register regularly to avoid being thrown into prison. Robots will re-spawn after a certain amount of time.

300 : March to Glory

 300: March to Glory PSP Front Cover 300: March to Glory PSP Back Cover

300: March to Glory is a 3D action game based on the Warner Bros. box office smash as well as Frank Miller's original graphic novel. As King Leonidas, the player will hack and slash their way through 9 missions, many of which go beyond what was presented in the film and novel.

Players will use swords, spears and shields to fight back Xerxes' army, and can upgrade their weapons and armor as well as purchase new combos. Players will also form up into a phalanx to battle war elephants and other enemies.

sinopsis 300 :
 
Dilios (David Wenham), seorang prajurit Sparta, menceritakan kisah Raja Sparta, Leonidas (Gerard Butler), dari masa kecilnya hingga menjadi seorang Raja: "Saat Leonidas dilahirkan, layaknya semua orang Sparta, ia diperiksa. Jika ia terlalu kecil atau lemah, sakit atau cacat ia akan dibuang. Sejak pertama Leonidas bisa berdiri, ia dibaptis dalam api tempur, dididik untuk pantang mundur dan pantang menyerah. Leonidas diajarkan bahwa mati dalam perang demi pengabdiannya pada Sparta adalah kemenangan terbaik yang ia capai dalam hidupnya. Di usia 7 tahun (diperankan oleh Eli Snyder), sudah menjadi adat di Sparta, Leonidas diambil dari ibunya (diperankan oleh Marie-Julie Rivest) dan dibuang ke dunia yang keras, diolah lingkungan pejuang Sparta yang berusia 300 tahun untuk menciptakan pejuang terbaik yang pernah dikenal dunia, yang memaksa bocah itu untuk bertarung. Saat berumur 15 tahun (diperankan oleh Tyler Neitzel), Leonidas berkali-kali diuji dengan diterjunkan ke alam liar. Menguji kecerdikan dan ketahanannya menghadapi kejamnya alam. Setelah itu ia kembali ke* tanah airnya, Sparta, sebagai Raja!"

Bertahun-tahun kemudian, seorang utusan dari Persia (diperankan oleh Peter Mensah) tiba di gerbang Sparta, yang menuntut penyerahan Sparta bagi Raja Xerxes. Menanggapi hal ini, Leonidas dan penjaganya menendang utusan tersebut ke dalam sebuah sumur besar. Mengetahui ini akan membuat penyerangan dari Kekaisaran Persia, Leonidas mengunjungi para Ephor, 5 pendeta kuno berpenyakit kusta untuk meminta restu mereka sebelum ijin dari Dewan Spartan mengijinkannya pergi berperang. Leonidas mengusulkan untuk mengusir Pasukan Persia ke celah pegunungan yang akan menjadikannya lebih unggul dengan menggunakan medan Thermopylae (Gerbang Panas), dan menggiring Pasukan Persia ke dalam celah tersebut di antara batu dan laut. Para Ephor kemudian berkonsultasi Sang Oracle, sabda dewa yang menggunakan tubuh seorang gadis bernama Pythia (Kelly Craig), di mana keputusannya adalah Pasukan Sparta tidak boleh pergi berperang karena bersamaan dengan festival keagamaan mereka yang disebut masa Carneia. Leonidas pun akhirnya kembali. Seorang agen dari Persia (diperankan oleh Kwasi Songui), bersama Konsul Spartan khianat bernama Theron (Dominic West) kemudian muncul, yang mdnyuap para Ephor dengan menggunakan selir dan uang.

Leonidas akhirnya melanjutkan rencananya, berangkat hanya dengan 300 prajurit yang dia sebut sebagai penjaga pribadinya untuk menghindar dari izin dewan. Meskipun ia menganggap misi ini sebagai misi bunuh diri, ia berharap pengorbanan itu akan memacu dewan untuk bersatu melawan Persia. Dalam perjalanan ke Thermopylae, Pasukan Arkadia yang dipimpin oleh Daxos (Andrew Pleavin) bergabung dengan Pasukan Sparta. Di Thermopylae, mereka membangun tembok untuk menggiring Pasukan Persia saat mendekat. Saat pembangunan tembok berlangsung, Leonidas memenuhi Ephialtes (Andrew Tiernan), seorang Spartan bungkuk dalam pengasingan bersama orang tuanya saat melarikan diri dari Sparta untuk menghindar dari pembuangannya saat dia masih bayi. Ingin memulihkan nama ayahnya, Ephialtes meminta bergabung dalam pertempuran, ia memperingatkan Leonidas tentang jalan rahasia yang digunakan oleh Pasukan Persia untuk mengepung dan mengelilingi mereka. Meskipun Leonidas bersimpati akan maksud Ephialtes, namun dia tidak bisa memakainya, karena dia tidak dapat memegang perisai dengan benar: ini akan membahayakan formasi phalanx Pasukan Sparta.

Sebelum pertempuran, Pasukan Persia menuntut Pasukan Sparta untuk menjatuhkan senjata mereka. Leonidas menolak, dan dengan formasi phalanx mereka, Pasukan Sparta menggunakan medan sempit untuk berkali-kali menolak dan mendorong tentara Persia yang maju. Xerxes (Rodrigo Santoro) kemudian berunding dengan Leonidas, menawarkan kekayaan dan kekuasaan dengan imbalan kesetiaan dan menyerah. Ketika Leonidas menolaknya, Xerxes mengirimkan pasukan pengawal elit nya, pasukan abadi setangguh Dewa untuk menyerang, namun Pasukan Sparta berhasil mengalahkan mereka dan menderita beberapa korban dari mereka sendiri. Xerxes kemudian mengirimkan sejumlah senjata eksotis ke Spartan, termasuk bom mesiu dan binatang raksasa, namun semua serangan mereka juga gagal. Selama serangan ini, Astinos (Tom Wisdom) terbunuh, yang membuat ayahnya, Kapten Artemis (Vincent Regan), menjadi menggila dan haus darah.

Marah dengan penolakan Leonidas sebelumnya, Ephialtes menuju Persia dan memberitahu mereka tentang jalan rahasia untuk mengepung Pasukan Sparta. Ketika mereka menyadari pengkhianatan Ephialtes, Pasukan Arkadia mundur, dan Leonidas memerintahkan Dilios kembali ke Sparta untuk memberitahu dewan tentang pengorbanan mereka. Meskipun mata kiri Dilios terluka dalam pertempuran, ia masih layak untuk bertempur, namun Leonidas memutuskan untuk menggunakan bakat Dilios untuk menceritakan kisah pertempuran mereka dan mengajukan banding terhadap Dewan Spartan.

Di Sparta, pemerkosaan Theron untuk memeras Ratu Gorgo (Lena Headey), permaisuri dari Leonidas diduga sebagai imbalan atas bantuannya dalam membujuk Dewan Spartan untuk mengirim pasukan bantuan bagi Leonidas. Namun setelah menghadap dewan, Theron mengungkapkan kepada publik dan mengkhianati sang Ratu dengan menuduhnya berzina, sebelum Gorgo membunuhnya karena marah. Belati yang Gorgo gunakan untuk membunuh Theron menembus dompetnya, yang menjatuhkan koin Persia dari jubahnya, dan mengungkapkan peran Theron sebagai pengkhianat. Para dewan pun akhirnya setuju untuk bersatu melawan Persia.

Di Thermopylae, Pasukan Persia berhasil mengepung Pasukan Sparta, di mana Jendral Persia (diperankan oleh Patrick Sabongui) menuntut Pasukan Sparta untuk menyerah, dan sekali lagi menawarkan jabatan dan pujian terhadap Leonidas. Leonidas yang menjatuhkan senjatanya dan tampaknya menundukkan dirinya, memungkinkan Stelios (Michael Fassbender) untuk melompat di atasnya dan membunuh pemimpin Pasukan Persia. Sangat marah, Xerxes memerintahkan pasukannya untuk menyerang. Leonidas segera berdiri dan melemparkan tombaknya kepada Xerxes, yang melukai pipinya hingga berdarah. Pasukan Persia kemudian menghujankan banyak panah yang membunuh semua Pasukan Sparta, termasuk Leonidas.

Melanjutkan kisahnya sebelum Pasukan Sparta pergi ke medan perang setahun setelah Pertempuran Thermopylae, Dilios menceritakan bagaimana tentara Persia mengalami desersi, di mana mereka takut menderita banyak korban di tangan Pasukan Sparta yang hanya berjumlah 300. Berita tentang perlawanan mereka yang gagah berani pun tersebar di seluruh Yunani, menghasilkan persekutuan yang meliputi negara kota Sparta, Athena, Korinthos dan Megara bersatu melawan Persia. Sekarang, Persia menghadapi 10.000 Pasukan Sparta yang bersama 30.000 Pasukan Yunani yang bebas. Meski masih kalah jumlah, Dilios menyatakan bahwa Yunani akan menang dan memuji pengorbanan dari 300 pasukan sebelumnya. Dia kemudian memimpin Yunani bertempur melawan tentara Persia, memulai Pertempuran Plataia.

4D BOXING

 4-D Boxing DOS Front Cover4-D Boxing DOS Back Cover

4-D Boxing leaves behind any pretences of being a pure arcade game based on boxing, and aims to recreate the sport in full detail. The graphics engine allows for multiple camera angles and viewpoints, and considerably detailed visuals. These required more advanced hardware than was common at the time, but a stick-figure mode was included as a compromise. The moves on offer include all the uppercuts and hooks of a real fight, and the players are designed to move realistically to implement them.

You progress through the game by taking on a succession of increasingly difficult fighters, and get to train your boxer in between. Advanced action replays are included as well, so you can review all that happened.

4TH INCHES

 4th & Inches DOS Front Cover 4th & Inches DOS Back Cover

4th & Inches is an action/strategy football game for one or two players. You control the action during the variety of plays that can be called, choose when to take timeouts, and select which players on your team will be on the field. There are two teams (the All-Pros and the Champs) and you can see each players statistics to determine how fast or strong he will be.

688 Attack Sub 

688 Attack Sub DOS Front Cover  688 Attack Sub DOS Back Cover
688 Attack Sub DOS Inside Cover Left Flap
An early submarine game with ten missions which can be played with both American and Soviet attack submarines. The game focuses on realism with several stations the player can use (sonar, weapons, navigation, helm, radio and periscope) but most duties can be delegated to crew members. The graphics are mostly close-up views of the control panels but in some occasions they feature digitized images of surface ships and crew.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar